PETA RESIKO BENCANA GERAKAN TANAH
KECAMATAN CIKALONGKULON,
KABUPATEN CIANJUR, JAWA
BARAT
Oleh : Ediwan A Syarief
dan Dodid Murdohardono
Pengertian resiko bencana gerakan tanah lebih ditujukan pada obyek
yang akan terkena bahaya gerakan tanah, sehingga apabila terjadi gerakan tanah
yang akan menimpa suatu kawasan pemukiman akan disebut lebih beresiko dibanding
apabila gerakan tanah tersebut menimpa kawasan tegalan atau perkebunan.
Dalam kegiatan analisis terhadap daerah yang beresiko bencana
gerakan tanah dipertimbangkan dari beberapa data pendukung yang
mempengaruhinya, yaitu kondisi : tata lahan, curah hujan, morfologi, sebaran
longsoran yang pernah terjadi dan geologi daerah penelitian. Peta-peta
pendukung tersebut telah didigitasi dan masing-masing zona/satuan
divisualisasikan sebagai poligon yang sama. Dari masing-masing data pendukung
tersebut diberikan pembobotan sesuai dengan pembagian zona/satuan peta,
kemudian zona yang berupa poligon-poligon tersebut ditumpang-tindihkan satu
sama lain. Dari peta tumpang-tindih yang dihasilkan, memberikan jumlah nilai
bobot yang bervariasi. Hasil akhir yang berupa jumlah nilai bobot tersebut
dibuat 4 (empat) zona resiko terhadap gerakan tanah.
Pengaruh tata guna lahan terhadap resiko gerakan tanah merupakan
salah satu faktor yang sangat menentukan, dimana penggunaan lahan yang langsung
berhubungan dengan kemungkinan menimpa pada kehidupan manusia diberikan nilai
bobot yang paling tinggi sedangkan daerah yang masih tertutup oleh hutan bila
terkena gerakan tanah akan memberikan resiko yang paling rendah sehingga dalam
pembobotannya disberikan nilai bobot yang paling rendah. Pada penggunaan lahan
sebagai jalan propinsi dan jalan kabupaten serta pemukiman yang paling beresiko
terhadap gerakan tanah luas penggunaan lahannya diberikan koridor di sekelilingnya (buffer)
sebesar 200 m, disamping itu dalam pembobotan tata guna lahan pemukiman dan jalan ini
digabungkan dengan nilai bobot yang sama. Berdasarkan Peta Tata Lahan Kecamatan Cikalong
Kulon telah dilakukan pembagian tata lahan menjadi 7 (enam) zona dengan pembobotannya
sesuai dengan tingkat resiko bila terkena gerakan tanah.
Curah hujan disuatu daerah akan mempengaruhi kadar air dalam
tanah, pada tanah yang mengalami peningkatan kadar airnya akan mengalami penurunan kuat
gesernya serta akan terjadi penambahan berat masa tanah, sehingga akan mengakibatkan
terjadinya gerakan tanah. Adanya pengaruh curah hujan tersebut maka daerah yang mempunyai curah
hujan yang tinggi relatif akan memberikan resiko gerakan tanah yang lebih tinggi. Berdasarkan
Peta Rata-rata Curah Hujan Tahunan Jawa Barat (BMG, 1931-1960), curah hujan di Kecamatan
Cikalong Kulon berkisar antara 2000 - 3500 mm/tahun dibagi dalam 3 (tiga) zona dengan
pembobotannya sesuai dengan tingkat resiko bila terkena gerakan tanah.
Faktor pendukung lainnya adalah morfologi. Kecamatan Cikalong
Kulon berdasarkan kemiringan lerengnya dibagi menjadi 6 (enam) zona. Daerah dengan kemiringan
lereng yang lebih curam mempunyai resiko terhadap gerakan tanah lebih besar. Berdasarkan
Peta Kemiringan Lereng tersebut diberikan nilai bobot mulai dari 1 hingga 6 ( dataran
hingga sangat terjal) Jenis batuan yang menyusun suatu daerah mempunyai tingkat resiko
yang berbeda satu sama lain. Berdasarkan besar butirnya, batuan yang berbutir halus pada
umumnya mempunyai resiko terhadap gerakan tanah yang lebih tinggi, sedangkan bila dilihat
dari kekompakannya maka batuan yang kompak dan masif lebih kecil kemungkinan terkena gerakan
tanah. Geologi Daerah CikalongKulon tersusun oleh 9 (sembilan) satuan),
berdasarkan tingkat resiko terhadap gerakan tanahnya daerah penyelidikan dapat
diberikan pembobotan dari nilai 9 hingga 1 ( keras hingga Lunak)
Lokasi yang rentan terhadap gerakan tanah di Kecamatan Cikalong
Kulon dapat diketahui dari daerah-daerah yang pernah terkena gerakan tanah atau daerah-daerah
yang membentuk gawir.
Lokasi ini ada kemungkinan akan mengalami gerakan tanah lagi
apabila salah satu penyebab faktor terjadinya gerakan tanah mengalami gangguan atau berubah,
hal ini juga mungkin akan terjadi pada daerah disekitar lokasi yang rentan terhadap gerakan
tanah tersebut. Berdasarkan kemungkinan tersebut maka pada daerah yang telah mengalami gerakan
tanah atau gawir diperluas dengan koridor 200 m serta diberikan bobot 5 (lima)
sedangkan pada daerah yang belum pernah mengalami gerakan tanah diberikan bobot 1 (satu).
Berdasarkan pembobotan yang telah dibuat di atas telah dilakukan
analisis dengan mempergunakan perangkat lunak Sistim Informasi Geografi Mapinfo
versi 5 yang dilakukan dengan cara tumpang-tindih (Overlay) satu sama lain. Pada proses
tumpang-tindih ini bobot masing-masing data pendukung tersebut di atas juga dijumlahkan,
sehingga pada akhir analisis diperoleh sejumlah zona (pada perangkat lunak berupa
poligon-poligon) dengan jumlah nilai bobot berkisar antara 9 sampai 19. Hasil akhirnya berupa penggabungan
zona-zona tersebut menjadi 4 (empat) zona resiko gerakan tanah).
1. Zona Resiko Bencana Gerakan Tanah Tinggi
Zona ini merupakan daerah yang paling beresiko bila terkena
bencana gerakan tanah. Batuan penyusunnya berupa anggota batu lempung dari Formasi Cantayan dan
Formasi Jatiluhur yang sangat menentukan dalam penentuan zona resiko gerakan tanah tinggi
ini, faktor struktur geologi juga mempengaruhinya, disamping itu faktor lain yang cujup
berperanan adalah adanya lokasilokasi yang rentan terhadap gerakan tanah karena merupakan kawasan yang
telah mengalami gerakan tanah, gawir- gawir seperti di jalan Cikalong Kulon –
Jonggol. Obyek lain yang akan terkena gerakan tanah sebagian besar merupakan tata lahan tegalan
sebagian berupa pemukiman, sawah dan sebagian kecil berupa kebun campuran sehingga
bila terjadi bencana
gerakan tanah akan menimbulkan resiko atau kerugian yang cukup
besar, baik materi maupun timbulnya korban jiwa.
Zona ini penyebarannya menempati daerah Kp.Girijaya, Kp.Pines, Kp
Cimuncang, Cipinang dan Nanggewer Secara keseluruhan zona ini menempati 14,98 % dari luas
daerah Kecamatan Cikalong Kulon.
2. Zona Resiko Bencana Gerakan Tanah Sedang
Zona ini merupakan daerah yang beresiko menengah bila terkena
bencana gerakan tanah. Batuan penyusunnya berupa anggota batu lempung, breksi dan batu pasir
dari Formasi Cantayan serta sebagian dari batu lempung dari Formasi Jatiluhur. Sebagian
dipengaruhi pula oleh adanya morfologi yang sangat terjal sehingga rentan terhadap gerakan
tanah. Obyek yang akan terkena
gerakan tanah pada umumnya merupakan daerah yang mempunyai tata
lahan sebagai jalan dan pemukiman, dan sebagian berupa tegalan dan kebun campuran sehingga
bila terjadi bencana gerakan tanah juga akan menimbulkan resiko atau kerugian baik
materi maupun timbulnya korban jiwa.
Zona ini tersebar di Pasir Hihid, Rarangan, Batununggal sebelah
barat Cicadas dan Pr.Gajah serta menempati luas 18,79 % dari luas Kecamatan Cikalong Kulon.
3. Zona Resiko Bencana Gerakan Tanah Rendah
Zona ini merupakan daerah yang beresiko rendah bila terkena
bencana gerakan tanah. Batuan penyusunnya tufa dan breksi vulkanik (Qot) dan lahar, tufa dan
breksi tufa (Qyg). Pada kawasan hutan dan kebun campuran ini sebagian menempati morfologi dengan
relief sedang – terjal sehingga masih memungkinkan terjadinya gerakan tanah. Di bagian
utara, faktor curah hujan juga menentukan resiko bencana gerakan tanah pada zona ini.
Gerakan tanah di daerah ini sangat kecil kemungkinannya akan
terjadi dan obyek yang akan terkena gerakan tanah umumnya berupa daerah pemukiman, sawah dan
sawah tadah hujan, sebagian kecil berupa tegalan dan perkebunan. Sedangkan gerakan
tanah bila terjadi akan melanda kawasan dengan morfologi pebukitan berelief sedang –
terjal yang menempati kawasan tegalan dan perkebunan sehingga bila terjadi bencana gerakan tanah
hanya akan menimbulkan kerugian yang tidak begitu besar.
Zona ini tersebar di Ciraden, Babakan Banten, Leuwibitung,
Pr.Sawut, Pr.Solasi, Leuwibitung dan Cipicung serta menempati luas 40,60 % dari luas Kecamatan Cikalong
Kulon.
4.
Zona Resiko Bencana Gerakan Tanah Sangat Rendah
Zona
ini merupakan daerah yang beresiko paling kecil bila terkena bencana gerakan
tanah, dengan batuan dasar
breksi vulkanik dan lava (Qot), breksi dan lahar dari G.Gede (Qyg), dan endapan aluvium, dengan morfologinya
sebagian besar berupa dataran dan medan bergelombang, sebagian kecil merupakan pebukitan
berelief halus serta mempunyai curah hujan yang rendah. Tata lahan sebagian besar merupakan
pemukiman, sawah dan kebun campuran.
Zona
ini penyebarannya terdapat di Cikalong Kulon, Majalaya, Cibeureum,
Ciraden,Tarikolot, Cibarengkok,
Sodong dan Babakan Banten. Secara keseluruhan menempati 25,63 % dari luas Kecamatan Cikalong Kulon.
Gerakan
tanah (tanah longsor). yang terjadi di beberapa ruas jalan antara Cikalong
Kulon-Jonggol telah menimbulkan
kerugian materiil karena terhambatnya perjalanan kendaraan yang berdampak juga terhadap perkembangan perekonomian
di daerah ini.
Lokasi
gerakantanah yang terjadi di jalur jalan antara Cikalong Kulon - Jonggol
merupakan daerah dengan
morfologi berelief sedang kemiringan lereng 15 – 30% dan termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah sedang –
tinggi. Gerakan tanah pada jalur jalan ini telah sering terjadi terutama pada saat dan setelah musim
hujan, mengakibatkan tidak dapat dilewatinya jalur jalan ini.
oo000oo