Selasa, 01 Januari 2013


PETA RESIKO BENCANA GERAKAN TANAH
KECAMATAN CIKALONGKULON,
KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT
Oleh : Ediwan A Syarief dan Dodid Murdohardono

Pengertian resiko bencana gerakan tanah lebih ditujukan pada obyek yang akan terkena bahaya gerakan tanah, sehingga apabila terjadi gerakan tanah yang akan menimpa suatu kawasan pemukiman akan disebut lebih beresiko dibanding apabila gerakan tanah tersebut menimpa kawasan tegalan atau perkebunan.
Dalam kegiatan analisis terhadap daerah yang beresiko bencana gerakan tanah dipertimbangkan dari beberapa data pendukung yang mempengaruhinya, yaitu kondisi : tata lahan, curah hujan, morfologi, sebaran longsoran yang pernah terjadi dan geologi daerah penelitian. Peta-peta pendukung tersebut telah didigitasi dan masing-masing zona/satuan divisualisasikan sebagai poligon yang sama. Dari masing-masing data pendukung tersebut diberikan pembobotan sesuai dengan pembagian zona/satuan peta, kemudian zona yang berupa poligon-poligon tersebut ditumpang-tindihkan satu sama lain. Dari peta tumpang-tindih yang dihasilkan, memberikan jumlah nilai bobot yang bervariasi. Hasil akhir yang berupa jumlah nilai bobot tersebut dibuat 4 (empat) zona resiko terhadap gerakan tanah.
Pengaruh tata guna lahan terhadap resiko gerakan tanah merupakan salah satu faktor yang sangat  menentukan, dimana penggunaan lahan yang langsung berhubungan dengan kemungkinan menimpa pada kehidupan manusia diberikan nilai bobot yang paling tinggi sedangkan daerah yang masih tertutup oleh hutan bila terkena gerakan tanah akan memberikan resiko yang paling rendah sehingga dalam pembobotannya disberikan nilai bobot yang paling rendah. Pada penggunaan lahan sebagai jalan propinsi dan jalan kabupaten serta pemukiman yang paling beresiko terhadap gerakan tanah luas penggunaan lahannya diberikan koridor di sekelilingnya (buffer) sebesar 200 m, disamping itu dalam pembobotan tata guna lahan pemukiman dan jalan ini digabungkan dengan nilai bobot yang sama. Berdasarkan Peta Tata Lahan Kecamatan Cikalong Kulon telah dilakukan pembagian tata lahan menjadi 7 (enam) zona dengan pembobotannya sesuai dengan tingkat resiko bila terkena gerakan tanah.
Curah hujan disuatu daerah akan mempengaruhi kadar air dalam tanah, pada tanah yang mengalami peningkatan kadar airnya akan mengalami penurunan kuat gesernya serta akan terjadi penambahan berat masa tanah, sehingga akan mengakibatkan terjadinya gerakan tanah. Adanya pengaruh curah hujan tersebut maka daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi relatif akan memberikan resiko gerakan tanah yang lebih tinggi. Berdasarkan Peta Rata-rata Curah Hujan Tahunan Jawa Barat (BMG, 1931-1960), curah hujan di Kecamatan Cikalong Kulon berkisar antara 2000 - 3500 mm/tahun dibagi dalam 3 (tiga) zona dengan pembobotannya sesuai dengan tingkat resiko bila terkena gerakan tanah.
Faktor pendukung lainnya adalah morfologi. Kecamatan Cikalong Kulon berdasarkan kemiringan lerengnya dibagi menjadi 6 (enam) zona. Daerah dengan kemiringan lereng yang lebih curam mempunyai resiko terhadap gerakan tanah lebih besar. Berdasarkan Peta Kemiringan Lereng tersebut diberikan nilai bobot mulai dari 1 hingga 6 ( dataran hingga sangat terjal) Jenis batuan yang menyusun suatu daerah mempunyai tingkat resiko yang berbeda satu sama lain. Berdasarkan besar butirnya, batuan yang berbutir halus pada umumnya mempunyai resiko terhadap gerakan tanah yang lebih tinggi, sedangkan bila dilihat dari kekompakannya maka batuan yang kompak dan masif lebih kecil kemungkinan terkena gerakan tanah. Geologi Daerah CikalongKulon tersusun oleh 9 (sembilan) satuan), berdasarkan tingkat resiko terhadap gerakan tanahnya daerah penyelidikan dapat diberikan pembobotan dari nilai 9 hingga 1 ( keras hingga Lunak)
Lokasi yang rentan terhadap gerakan tanah di Kecamatan Cikalong Kulon dapat diketahui dari daerah-daerah yang pernah terkena gerakan tanah atau daerah-daerah yang membentuk gawir.
Lokasi ini ada kemungkinan akan mengalami gerakan tanah lagi apabila salah satu penyebab faktor terjadinya gerakan tanah mengalami gangguan atau berubah, hal ini juga mungkin akan terjadi pada daerah disekitar lokasi yang rentan terhadap gerakan tanah tersebut. Berdasarkan kemungkinan tersebut maka pada daerah yang telah mengalami gerakan tanah atau gawir diperluas dengan koridor 200 m serta diberikan bobot 5 (lima) sedangkan pada daerah yang belum pernah mengalami gerakan tanah diberikan bobot 1 (satu).
Berdasarkan pembobotan yang telah dibuat di atas telah dilakukan analisis dengan mempergunakan perangkat lunak Sistim Informasi Geografi Mapinfo versi 5 yang dilakukan dengan cara tumpang-tindih (Overlay) satu sama lain. Pada proses tumpang-tindih ini bobot masing-masing data pendukung tersebut di atas juga dijumlahkan, sehingga pada akhir analisis diperoleh sejumlah zona (pada perangkat lunak berupa poligon-poligon) dengan jumlah nilai bobot berkisar antara 9 sampai 19. Hasil akhirnya berupa penggabungan zona-zona tersebut menjadi 4 (empat) zona resiko gerakan tanah).

1. Zona Resiko Bencana Gerakan Tanah Tinggi
Zona ini merupakan daerah yang paling beresiko bila terkena bencana gerakan tanah. Batuan penyusunnya berupa anggota batu lempung dari Formasi Cantayan dan Formasi Jatiluhur yang sangat menentukan dalam penentuan zona resiko gerakan tanah tinggi ini, faktor struktur geologi juga mempengaruhinya, disamping itu faktor lain yang cujup berperanan adalah adanya lokasilokasi yang rentan terhadap gerakan tanah karena merupakan kawasan yang telah mengalami gerakan tanah, gawir- gawir seperti di jalan Cikalong Kulon – Jonggol. Obyek lain yang akan terkena gerakan tanah sebagian besar merupakan tata lahan tegalan sebagian berupa pemukiman, sawah dan sebagian kecil berupa kebun campuran sehingga bila terjadi bencana
gerakan tanah akan menimbulkan resiko atau kerugian yang cukup besar, baik materi maupun timbulnya korban jiwa.
Zona ini penyebarannya menempati daerah Kp.Girijaya, Kp.Pines, Kp Cimuncang, Cipinang dan Nanggewer Secara keseluruhan zona ini menempati 14,98 % dari luas daerah Kecamatan Cikalong Kulon.

2. Zona Resiko Bencana Gerakan Tanah Sedang
Zona ini merupakan daerah yang beresiko menengah bila terkena bencana gerakan tanah. Batuan penyusunnya berupa anggota batu lempung, breksi dan batu pasir dari Formasi Cantayan serta sebagian dari batu lempung dari Formasi Jatiluhur. Sebagian dipengaruhi pula oleh adanya morfologi yang sangat terjal sehingga rentan terhadap gerakan tanah. Obyek yang akan terkena
gerakan tanah pada umumnya merupakan daerah yang mempunyai tata lahan sebagai jalan dan pemukiman, dan sebagian berupa tegalan dan kebun campuran sehingga bila terjadi bencana gerakan tanah juga akan menimbulkan resiko atau kerugian baik materi maupun timbulnya korban jiwa.
Zona ini tersebar di Pasir Hihid, Rarangan, Batununggal sebelah barat Cicadas dan Pr.Gajah serta menempati luas 18,79 % dari luas Kecamatan Cikalong Kulon.

3. Zona Resiko Bencana Gerakan Tanah Rendah
Zona ini merupakan daerah yang beresiko rendah bila terkena bencana gerakan tanah. Batuan penyusunnya tufa dan breksi vulkanik (Qot) dan lahar, tufa dan breksi tufa (Qyg). Pada kawasan hutan dan kebun campuran ini sebagian menempati morfologi dengan relief sedang – terjal sehingga masih memungkinkan terjadinya gerakan tanah. Di bagian utara, faktor curah hujan juga menentukan resiko bencana gerakan tanah pada zona ini.
Gerakan tanah di daerah ini sangat kecil kemungkinannya akan terjadi dan obyek yang akan terkena gerakan tanah umumnya berupa daerah pemukiman, sawah dan sawah tadah hujan, sebagian kecil berupa tegalan dan perkebunan. Sedangkan gerakan tanah bila terjadi akan melanda kawasan dengan morfologi pebukitan berelief sedang – terjal yang menempati kawasan tegalan dan perkebunan sehingga bila terjadi bencana gerakan tanah hanya akan menimbulkan kerugian yang tidak begitu besar.
Zona ini tersebar di Ciraden, Babakan Banten, Leuwibitung, Pr.Sawut, Pr.Solasi, Leuwibitung dan Cipicung serta menempati luas 40,60 % dari luas Kecamatan Cikalong Kulon.

4. Zona Resiko Bencana Gerakan Tanah Sangat Rendah
Zona ini merupakan daerah yang beresiko paling kecil bila terkena bencana gerakan tanah, dengan batuan dasar breksi vulkanik dan lava (Qot), breksi dan lahar dari G.Gede (Qyg), dan endapan aluvium, dengan morfologinya sebagian besar berupa dataran dan medan bergelombang, sebagian kecil merupakan pebukitan berelief halus serta mempunyai curah hujan yang rendah. Tata lahan sebagian besar merupakan pemukiman, sawah dan kebun campuran.
Zona ini penyebarannya terdapat di Cikalong Kulon, Majalaya, Cibeureum, Ciraden,Tarikolot, Cibarengkok, Sodong dan Babakan Banten. Secara keseluruhan menempati 25,63 % dari luas Kecamatan Cikalong Kulon.
Gerakan tanah (tanah longsor). yang terjadi di beberapa ruas jalan antara Cikalong Kulon-Jonggol telah menimbulkan kerugian materiil karena terhambatnya perjalanan kendaraan yang berdampak juga terhadap perkembangan perekonomian di daerah ini.
Lokasi gerakantanah yang terjadi di jalur jalan antara Cikalong Kulon - Jonggol merupakan daerah dengan morfologi berelief sedang kemiringan lereng 15 – 30% dan termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah sedang – tinggi. Gerakan tanah pada jalur jalan ini telah sering terjadi terutama pada saat dan setelah musim hujan, mengakibatkan tidak dapat dilewatinya jalur jalan ini.

oo000oo